Senin, 16 Mei 2011

Studi Manajemen Komunikasi Di Berbagai Negara Dan Prospek Karier

Dewasa ini subdisiplin manajemen komunikasi semakin berkembang. Hal ini terjadi bukan saja di Indonesia atau Australia—sebagai tempat lahirnya kajian ini—tapi juga di berbagai penjuru dunia. Subdisiplin ini diajarkan mulai dari tingkat undergraduate (sarjana) hingga postgraduate (pascasarjana). Di Australia program studi manajemen komunikasi umumnya diajarkan di tingat pascasarjana (graduate dan postgraduate). Di antara perguruan tinggi yang membuka program tersebut adalah University Technology of Sydney dan Bond University Queensland. Sementara program studi Manajemen Komunikasi yang terfokus pada komunikasi bisnis, organisasional, atau manajemen banyak diajarkan di tingkat sarjana (undergraduate) di samping di tingkat pascasarjana. Beberapa universitas yang membuka program tersebut di tingkat undergraduate di antaranya Queensland University of Technology dan University of Canberra di Australia serta Waikato University New Zealand.


Di Australia program studi manajemen komunikasi di tingkat undergraduate umumnya terkonsentrasi pada studi komunikasi profesional (RMIT University), Komunikasi Bisnis (Queensland University of Technology) dan Komunikasi Organisasional (University of Canberra). Sementara pada tingkat pasca sarjana program studi manajemen komunikasi tidak dibagi-bagi lagi dalam konsentrasi yang lebih khusus. Namun begitu mahasiswa dianjurkan untuk mendalami salah satu bidang kekhususan manajemen komunikasi yang cocok dengan minat mahasiswa diantaranya meliputi Communication Training and Consultancy, Public Communication Management, Development Communication, dan Coorporate Communication Management.


Berbeda dengan di Australia, pengajaran program studi Manajeme Komunikasi di tingkat pascasarjana di AS umumnya diarahkan pada konsentrasi yang lebih khusus lagi. Di Annenberg School for Communication—University of Southern California, misalnya, program studi manajemen komunikasi dipecah lagi menjadi tujuh konsentrasi (USC, 2001):

  • Managing Global Communication

  • Entertaintment Management

  • Marketing Communication

  • Strategic & Corporate Communication Management

  • Information and Communication Technology

  • Communication Law and Policy

  • Telecommunication Management


Di daratan Eropa program studi manajemen komunikasi mendapatkan tempat subur berkembang di Inggris. Meski di negara ini program tersebut baru diperkenalkan pada awal tahun 1990-an, namun sampai saat ini setidaknya telah ada tiga universitas yang membuka program tersebut ditingkat pascasarjana (Coventry University, The University of Strathclyde dan London Guildhall University) dan satu universitas membuka program tersebut di tingkat sarjana yakni University of Nurthumbria-Newcastle.


Program studi manajemen komunikasi juga  cukup berkembang di New Zealand. Namun sejauh ini baru ada satu universitas yang membuka program tersebut di tingkat sarjana yakni Waikato University. Di sini lebih terfokus pada pengajaran komunikasi organisasional/bisnis di mana hampir 75% mata kulah berkaitan dengan bidang manajemen bisnis.


Di Indonesia sendiri studi manajemen komunikasi mulai berkembang pada paruh kedua dasawarsa 1990-an. Institusi yang mempelopori pembukaan program tersebut adalah Universitas Indonesia yang menempatkan program tersebut dalam strata-2 (magister). Lembaga lainnya yang turut mengembangkan program manajemen komunikasi adalah Universitas Padjadjaran (UNPAD) dan Universitas Islam Bandung (UNISBA) yang membuka program tersebut di tingkat sarjana.



Pada dasarnya lulusan program studi manajemen komunikasi yang memiliki kompetensi dibiidangnya akan sanggup memasuki semua lapangan kerja ‘tradisional’ komunikasi atau lapangan kerja yang secara practical berkaitan dengan bidang komunikasi seperti pariwisata dan community development. Namun secara khusus lapangan kerja yang terkait langsung dengan bidang manajemen komunikasi dan memberikan peluang karier yang lebih prospektif dapat disebutkan diantaranya; Lembaga-lembaga pemerintah, Industri Media, Lembaga Riset (Komunikasi dan Pemasaran), Lembaga Periklanan, Lembaga / Konsultan Komunikasi, Lembaga Pengembangan Masyarakat baik nasional maupun internasional, Lembaga pendidikan tinggi dan lembaga swasta lainnya.


Sementara bila kita lihat prospek karier bagi lulusan manajemen komunikasi dapat kita sebutkan diantaranya ; Corporate Communication Manager, Media (Industry) Manager, Brand Manager, Community Development Project Coordinator, Communication Policy Analyst, Marketing Communication Manager, Media & Communication Training Manager, Communication Consultant, Event Organiser, Political-Social Campaign Manager, Social & Development Communication Manager, Social & Communication Researcher, Media Relation Executive, Professional Negotiator, Diplomay, Human Resources Manager, Communication Business Officer, University Lecturer, hingga Government Speaker (juru bicara pemerintah / lembaga-lembaga tinggi negara), dsb.
 

Pada prinsipnya karier dan lapangan kerja bagi lulusan manajemen komunikasi masih dapat dikatakan prospektif. Persoalannya adalah bagaimana kita mempersiapkan lulusan tersebut sehingga memiliki kompetensi yang disyaratkan dan mampu memasuki dunia kerja dengan sikap percaya diri, pikiran terbuka dan tentunya etos kerja yang tinggi.


Sumber : Tulisan Dr. Antar Venus M.A. pada Jurnal Komunikasi Dan Informasi Edisi September, 2008   

Studi Manajemen Komunikasi, WHY ?

Ada empat alasan utama sebagai landasan signifikansi bagi pengembangan subdisiplin manajemen komunikasi dalam situasi globalisasi dewasa ini.
  1. Terkait dengan tujuan ilmu komunikasi. Secara filosofis komunikasi bertujuan menciptakan harmoni di antara pelaku komunikasi (Soesanto, 1976). Situasi harmoni dimaksud berupa terciptanya common meaning dan mutual understanding yang didasari tindakan berbagi makna atau shared meaning (Kelly, 1981). Untuk mencapai itu semua dibutuhkan suatu pola tindakan komunikasi yang strategic dan bukan reactive  semata-mata. Manajemen komunikasi yang mengadaptasi pendekatan manajemen dalam pengelolaan komunikasi memungkinkan kita mewujudkan ide harmoni tersebut dalam tindakan komunikasi yang kita lakukan.
  2. Didasarkan pada karakteristik ilmu komunikasi itu sendiri. Beberapa karakteristik dimaksud diantaranya: komunikasi bersifat irreversible  (tidak dapat ditarik kembali), kompleks, berdimensi, sebab-akibat, dan mengandung potensi problem. Karakteristik tersebut memperlihatkan betapa rumitnya suatu proses komunikasi. Atas dasar kenyataan itu maka suatu tindakan komunikasi sepatutnya dikelola secara tepat. Di sinilah subdisiplin manajemen komunikasi dapat memberikan kontribusinya.
  3. Terkait dengan kebutuhan fungsionalisasi ilmu komunikasi dalam upaya menciptakan knowledge worker di bidang komunikasi. Knowledge worker adalah tenaga komunikasi yang memiliki wawasan teoretis tentang komunikasi dan mempunyai keterampilan dalam mengaplikasikan ilmu tersebut. Lewat studi manajemen komunikasi dapat dikonstruksi suatu model pembelajaran komunikasi yang mengarah pada pembekalan meaningful knowledge dan meaningful skills yakni pengetahuan dan keterampilan yang sepenuhnya relevan dan berguna bagi pengembangan SDM komunikasi, baik dalam konteks pertumbuhan individu maupun dunia kerja. Alasan ini terkait dengan konsep Link and Match yang menekankan perlunya keterkaitan dan kesesuaian antara pola dan proses pengelolaan pembelajaran di perguruan tinggi dengan dunia industri dan lapangan kerja lainnya.
  4. Asumsi bahwa peran ilmu manajemen akan semakin dominan dalam abad XXI (Drucker, 1989) sementara peran ilmu komunikasi akan semakin dibutuhkan dalam era globalisasi (Mahayana, 2000). Dengan demikian sinergi kedua disiplin ilmu ini akan semakin membuka peluang bagi penambahan nilai guna ilmu komunikasi dalam memecahkan berbagai persoalan sosial-komunikasi di masa sekarang dan akan datang.  
  
Sumber : Tulisan Dr. Antar Venus M.A. pada Jurnal Komunikasi Dan Informasi Edisi September, 2008     

Perbedaan Manajemen Komunikasi dengan Komunikasi Manajemen

Terminologi manajemen komunikasi jelas berbeda dengan komunikasi manajemen. Pada istilah pertama, cakupan proses dan tindakan komunikasi yang dianalisis meliputi berbagai spesialisasi komunikasi dan konteks komunikasi. Istilah yang kedua cakupan proses dan tindakan komunikasinya terbatas dalam lingkup komunikasi organisasi. Bila yang dikehendaki adalah pengembangan subdisiplin komunikasi yang berorientasi pada proses pengelolaan komunikasi dalam konteks yang luas maka istilah Manajemen Komunikasi paling tepat untuk digunakan. Demikian sebaliknya, bila yang dikehendaki adalah pengembangan disiplin komunikasi profesional di bidang manajemen, bisnis, atau organisasional maka istilah komunikasi manajemen dianggap paling sesuai.

Ada kesan bahwa pemberian nama manajemen komunikasi cenderung menempatkan disiplin manajemen sebagai fokus kajian utamanya sementara disiplin komunikasi dianggap sebagai pelengkap saja. Sehingga konsekuensinya subdisiplin tersebut lebih layak berada di bawah fakultas ekonomi daripada fakultas ilmu komunikasi. Secara logis pernyataan ini memang ada benarnya. Namun faktanya penamaan seperti itu hampir tidak pernah dipersoalkan secara internasional. Di University of Technology Sydney dan Bond University, Australia misalnya, program studi Manajemen Komunikasi ditempatkan di lingkungan Faculty of Social Sciences and Humanities. Demikian halnya di Amerika Serikat, Program Studi manajemen komunikasi ditempatkan sebagai bagian Annenberg School of Communication di University of Southern California. Sementara itu, program studi Komunikasi Manajemen justru ditempatkan di School of Management, hal ini berlaku misalnya untuk Waikato University New Zealand. Kenyataan seperti ini juga terjadi di berbagai universitas di Eropa dan Canada. Walhasil mempersoalkan penempatan jurusan manajemen komunikasi apakah harus di fakultas ekonomi atau di fakultas ilmu komunikasi dianggap kurang produktif. Terlebih bila kita melihat kenyataan perkembangan ilmu yang semakin interconnected dimana satu disiplin ilmu bersinergi dengan disiplin ilmu lain untuk menciptakan subdisiplin ilmu baru guna menjawab berbagai tuntutan dan tantangan kehidupan sosial yang semakin kompleks. Walaupun perbincangan tentang penempatan subdisiplin manajemen komunikasi dinilai kurang produktif. Namun penjelasan tentang penempatan program studi yang berlaku secara internasional tampaknya perlu disampaikan. Sejauh yang bisa diamati, di dunia internasional dewasa ini penempatan suatu subdisiplin ilmu baru (yang terbentuk karena memadukan dua disiplin) umumnya didasarkan dua pertimbangan; pertama, apa yang menjadi fokus utama (objek formal) kajian baru tersebut. Meski berbagai subdisiplin ilmu terapan yang muncul belakangan ini sebagian bersifat perpaduan dua disiplin ilmu, pada kenyataannya selalu dapat diidentifikasi disiplin ilmu mana yang menjadi fokus perhatian utamanya.
              
Kajian manajemen komunikasi adalah fenomena/peristiwa komunikasi, sedangkan disiplin manajemen hanya diperlakukan sebagai tool of analysis tambahan yang fungsinya memperkaya dan mempertajam analisis terhadap berbagai fenomena komunikasi.

Sumber : Tulisan Dr. Antar Venus M.A. pada Jurnal Komunikasi Dan Informasi Edisi September, 2008  

Mengenal Manajemen Komunikasi

Di antara berbagai subdisiplin ilmu komunikasi, program studi manajemen komunikasi tergolong relatif muda. Untuk pertama kalinya kajian ini berkembang di Australia pada awal tahun 1980-an. Salah seorang yang mempelopori kelahirna disiplin ini adalah Prof. Michael Kaye, seorang Doktor komunikasi lulusan Macquarie University Sydney yang kemudian mengabdikan diri sebagai staf pengajar di Uiversity of Technology Sydney Australia.

 Sejauh ini—di lingkungan pendidikan tinggi komunikasi di Indonesia—istilah manajemen komunikasi dianggap masih menimbulkan berbagai kebingungan. Hal ini dapat dimaklumi mengingat bidang kajian ini relatif baru bagi kalangan akademisi komunikasi di Indonesia. Untuk itu, suatu upaya untuk mengklarifikasi istilah tersebut perlu dilakukan. 

Lalu apakah subdisiplin manajemen komunikasi itu?
Menurut Kaye, istilah manajemen komunikasi merujuk kepada bagaimana orang-orang mengelola proses komunikasi dalam hubungannya dengan orang lain dalam berbagai setting atau konteks komunikasi. Dalam proses komunikasi tersebut, lebih lanjut Kaye menyatakan terkandung adanya upaya optimal untuk memanfaatkan manusia dan teknologi guna membangun dialog di antara pelaku komunikasi.

Parag Diwan (1999), manajemen komunikasi adalah proses penggunaan berbagai sumber daya komunikasi secara terpadu melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan unsur-unsur komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kedua definisi di atas tidak membatasi proses pengelolaan tindakan komunikasi dalam suatu konteks tertentu. Dengan demikian, manajemen komunikasi dapat diterapkan dalam seluruh bidang spesialisasi dan konteks komunikasi. Sementara definisi berikut yang disampaikan Irwin and Moore (1994: 10) membatasi analisis komunikasinya dalam konteks manajemen bisnis, atau organisasional. Menurut mereka, communication management is the process of using human, financial, and technical resources in understanding and performing the communication function within corporation and between the corporations and their publics... Thus communication management involves administering and managing communication resources (personal, group, organizational, and technical) and communication process to facilitate communication in corporate context.

Dapat disimpulkan bahwa manajemen komunikasi adalah proses pengelolaan sumberdaya komunikasi yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas pertukaran pesan yang terjadi dalam berbagai konteks komunikasi (komunikasi individual, organisasional, pemerintahan, sosial, atau bahkan internasional.

Perlu menjadi perhatian adalah bahwa tuntutan pemenuhan profesionalisme pada proses pembelajaran subdisiplin manajemen komunikasi sangat ditekankan. Profesionalisme yang dimaksud memiliki tiga dimensi penting yaitu pengembangan meaningful knowledge, meaningful skills, dan ethical aspect. Dua hal pertama terkait dengan pengembangan pengetahuan dan keterampilan yang nyata-nyata relevan dan  berguna dalam pengembangan hidup mahasiswa, baik dalam konteks pertumbuhan pribadi maupun profesi. Sedangkan aspek etis (tercakup di dalamnya etos) terkait dengan pengembangan moril dan moralitas kerja. Ketiga aspek ini perlu dipertimbangkan ketika merancang muatan kurikulum manajemen komunikasi.

Sumber : Tulisan Dr. Antar Venus M.A. pada Jurnal Komunikasi Dan Informasi Edisi September, 2008